Kalian pernah ga tiba-tiba dihubungi teman lama yang bahkan kalian sudah lama tidak pernah kontakan lagi.
Biasa pengalaman yang begini sangat mendebarkan, karena ada 2 kemungkinan yang terjadi: pinjam uang atau tawarin asuransi. Dah 2 itu doang.
Nah, di artikel kali ini saya ingin membagi pengalaman yang tawarin asuransi.
Latar Belakang
Nah jadi gini, saya sudah eberapa bulan lalu masuk ke lubang yang sama untuk ketiga kalinya. Iya 3x gaes. Lubang nya sama lagi...
Jadi saya dihubungi oleh seorang teman lama (teman SMA). Rasanya senang dong, dia salah satu temen sekelas dan ekstrakulikuler.
Tentu nya semua hal ini bermula dari DM di social media karena zaman SMA dulu yang punya no HP cuma beberapa orang dekat bener, sisa nya pakai Line.
Di mulai dari tanya kabar, lagi kerjain apa, dan basa basi yang basi lainnya.
Tetapi semuanya sama aja… sama-sama butuh tumpangan. Ya, saya dihubungi bukan karena rindu atau mau ngerjain project, tapi karena saya dianggap "target market" untuk produk asuransi.
Dan ini bukan sekali dua kali. Sudah tiga kali saya mengalami hal yang sama. Dua dari teman SMA, satu dari teman kuliah — semua menghubungi saya dengan niat mulia: menawarkan perlindungan jiwa dan investasi, katanya. Tapi jujur, saya lebih merasa butuh perlindungan dari orang-orang seperti ini.
Tiga Gaya, Satu Tujuan: Jualan Asuransi
Mari kita bedah pendekatannya masing-masing:
Teman pertama:
Katanya mau ngobrol-ngobrol tentang aktivitas sekarang karena "kangen".
Bermula dari cerita tentang kos, kerjaan, dan lainnya melalui chat.
Tiba-tiba dia ajak untuk google meet karena mau liat kos saya saat ini dan cerita-cerita. Karena saya juga penasaran dengan kerjaan dia sekarang, jadinya saya mau.
Tapi karena jadwal kami yang sama-sama padat, akhirnya 2x batal karena saya sibuk dan yang kedua dia lupa (gimana ini mau prospek orang aja bisa lupa).
Dia bilang bentar aja ngobrol-ngobrol nya, paling lama 30 menit.
Akhirnya hari H itu tiba, jeng jeng...
Awal nya cerita-cerita nya menarik karena memang seputar pribadi. Tapi kok bawa-bawa screen sharing buat nunjukin grafik-grafik penyakit dan simulasi kalo kena salah satu penyakit? Ini kangen beneran atau kangen closing?
Teman kedua:
Teman yang kedua ini dari kuliah, cukup dekat. Tapi ga tau kenapa tiba-tiba tawarin asuransi.
Katanya mau diskusi soal "piramida keuangan". Saya pikir dia mau ngobrol soal sudah tercapai sampai mana, eh ternyata… ya mirip-mirip juga.
Saya awalnya engga curiga sampai dia kelaruain ipad nya. Hahaha...
Teman ketiga:
Teman ketiga ini yang paling kreatif. Dia bilang lagi ngerjain project bareng temennya, dan butuh responden yang ngobrol soal kehidupan. Wah, saya langsung tertarik.
Yang ketiga ini mirip yang pertama, jadwal kami bentrok dan 2x batal. Pertama batal karena saya sibuk, yang kedua dia baru pulang kerja, saya sampai nunggu 30 menit demi dia.
Obrolannya menarik ya karena awal-awal bahas tentang lingkungan gitu: asap rokok, pencemaran udara, pencemaran air, dan lainnya. Tapi pas udah enak ngobrol, tiba-tiba dia keluar grafik-grafik kemungkinan orang kena penyakit kritis.
Ah sudah tau lah ini arahnya.
Karena kepo, saya ketik nama project dia di internet. Eh, ternyata itu project salah satu perusahaan asuransi.
Dari awalnya semangat, lama-lama saya maki-maki juga dia dalam hati.
Aneh Tapi Lucu
Oh iya, aneh dan lucunya, ketiga temen saya ini minta tanggal lahir buat hitung polis tapi nggak ada yang tahu ulang tahun saya kapan. Katanya teman lama. Masa saya kasih tanggal sembarangan aja engga nyadar.
Ketiganya juga menawarkan asuransi jadi perusahaan yang sama, mungkin kalian juga tau perusahaannya.
Semuanya juga berimajinasi bagaimana jika terkena salah satu penyakit kritis, bagaimana nasib keluarga kita? Mereka juga menjanjikan bisa dapat uang miliaran jika terkena penyakit kritis dan mengikutin asuransi mereka.
Lucunya mereka lebih menekankan untuk dapat uang miliaran dibandingkan benefit lain jika ikut asuransi itu. Ibarat kata mereka menjual mimpi aja.
๐ฉ Etis Gak, Sih?
Saya paham, kerjaan agen asuransi nggak gampang. Masalahnya ketiga teman saya itu bukan orang yang kerja di arusansi tapi hanya pribadi yang menjadi agen karena ingin uang tamabahan.
Selain itu memanipulasi nostalgia dan pertemanan buat jualan itu bukan strategi cerdas — itu strategi capek hati.
๐ Menghubungi teman lama demi prospek
๐ Menggunakan pendekatan personal yang manipulatif
๐ Menual ketakutan: “Kalau besok kena penyakit kritis dan tidak bisa kerja, gimana?”
๐ Jual mimpi: “Nanti bakal dicover sampaing M-an, tiap bulan bakal dapat segini...”
๐ Ngecoh dengan alibi “ngobrol santai”
๐ Seolah peduli, tapi nyatanya hanya ingin jualan
Itu bukan edukasi, itu perang psikologis.
Menurut saya, itu bukan etika yang baik dalam berjualan, apalagi dalam konteks hubungan pertemanan.
Kadang saya merasa kayak masuk ruang interogasi, bukan ruang diskusi. Ketiga orang itu bahkan buat simulasi polis dan follow-up ke saya.
Pendapat Saya Tentang Asuransi Itu Sendiri
Saya sudah mendapatkan asuransi yang bagus dari kantor. Jadi menurut saya tidak perlu banyak-banyak asuransi. Toh yang penting kan benefitnya.
Saya tidak anti asuransi. Saya percaya, kalau dilakukan dengan cara yang benar, asuransi bisa membantu banyak orang.
Tapi kalau cara menyampaikannya mirip dukun yang menjanjikan kaya mendadak setelah mati mendadak, ya jangan salahkan kalau orang jadi skeptis.
"Tenang aja, nanti kalau kamu meninggal, keluarga kamu dapat Rp 2 Miliar kok."
"Tenang aja, nanti kalau kamu sakit kritis dan tidak bisa bekerja, kamu dapat Rp 10 Juta perbulan sampai umur 55 tahun kok."
Wah, saya langsung pengen ghosting beneran.
Belum lagi masalah klaim yang sering bermasalah, orang makin malas untuk daftar asuransi. Apalagi muncul peraturan baru dari OJK kalau peserta asuransi wajib tanggung 10% klaim biaya berobat.
Tips Buat Agen Asuransi (yang Masih Punya Empati)
- Jujur sejak awal – bilang aja mau menawarkan asuransi. Lebih baik ditolak karena jujur daripada diterima karena menyamar. Kalau kalian tidak jujur, bagaimana orang mau percaya
- Jangan jualan pakai nostalgia – itu namanya pancingan, bukan pendekatan.
- Jelaskan benefit dan langkah-langkah klaim, bukan jual harapan palsu dan menghilang ketika dicari.
Penutup
Tulisan ini bukan untuk menyudutkan siapa pun secara pribadi. Saya hanya ingin membagikan pengalaman yang cukup mengganggu, sekaligus menyuarakan keresahan banyak orang yang mungkin mengalami hal serupa.
Teman itu untuk berbagi cerita, bukan target penjualan.
Untuk teman-teman saya, kalau kalian agen asuransi, saya respek sama kerja kerasmu. Tapi tolong, jangan jadikan pertemanan lama sebagai alat cari cuan. Jujur aja dengan apa yang kalian jualan.
Buat kalau kalian kayak saya — pernah mengalami hal seperti cerita ini — tenang, kita tidak sendiri. Kita satu alumni: alumni yang dikira prospek empuk.
“Dikiranya teman sejati, ternyata target closing hari Jumat.”
Kalau kamu pernah mengalami hal serupa, boleh banget share di kolom komentar. Yuk saling jaga etika, apalagi dalam hubungan yang sudah terbangun sejak lama. Siapa tahu kita satu geng!